Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, stigma terhadap masalah ini masih tetap ada di masyarakat Indonesia. Kondisi ini memicu perlunya waspada terhadap stigma kesehatan mental di tengah-tengah kita.
Menurut dr. Andriyanto, seorang psikiater dari Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang, stigma terhadap kesehatan mental dapat menghambat seseorang untuk mencari bantuan dan pengobatan yang tepat. “Stigma kesehatan mental seringkali membuat orang merasa malu atau takut untuk mengakui bahwa mereka sedang mengalami masalah mental,” ujarnya.
Di Indonesia, stigma kesehatan mental seringkali dikaitkan dengan kurangnya pemahaman tentang gangguan mental dan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat. “Banyak orang masih percaya bahwa gangguan mental disebabkan oleh kutukan atau karma buruk, padahal sebenarnya itu adalah masalah kesehatan yang perlu ditangani secara profesional,” tambah dr. Andriyanto.
Untuk mengatasi stigma kesehatan mental, dr. Andriyanto menyarankan agar masyarakat mulai membuka diri untuk berbicara tentang masalah ini. “Edukasi dan sosialisasi tentang kesehatan mental perlu terus dilakukan agar stigma ini bisa dihilangkan,” katanya.
Menurut survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2020, terdapat peningkatan jumlah kasus gangguan mental di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya waspada terhadap stigma kesehatan mental di masyarakat. “Kami terus mengupayakan untuk memberikan layanan kesehatan mental yang terjangkau dan berkualitas bagi masyarakat Indonesia,” ujar Menteri Kesehatan, dr. Budi Gunadi Sadikin.
Dengan adanya upaya-upaya seperti edukasi dan sosialisasi tentang kesehatan mental, diharapkan stigma ini bisa dihilangkan dan masyarakat bisa lebih terbuka untuk mencari bantuan ketika mengalami masalah mental. Jadi, mari kita bersama-sama waspada terhadap stigma kesehatan mental di masyarakat Indonesia.