Perubahan pola pikir terhadap kesehatan mental di Indonesia telah menjadi topik yang semakin hangat dalam beberapa tahun terakhir. Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam kehidupan kita, namun masih seringkali diabaikan oleh masyarakat. Menurut data Kementerian Kesehatan, prevalensi gangguan mental di Indonesia mencapai 11,8% pada tahun 2018.
Menurut dr. Cut Mini Theo, seorang psikiater terkemuka di Indonesia, perubahan pola pikir terhadap kesehatan mental sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mental. “Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Kita harus memperlakukan kesehatan mental dengan serius dan tidak menganggap remeh,” ujarnya.
Salah satu perubahan pola pikir yang perlu dilakukan adalah menghilangkan stigma terhadap gangguan mental. Menurut Prof. Dr. Tjhin Wiguna, seorang pakar kesehatan mental dari Universitas Indonesia, stigma yang melekat pada gangguan mental membuat banyak orang enggan untuk mencari bantuan. “Kita harus memahami bahwa gangguan mental bukanlah sesuatu yang memalukan. Ini adalah masalah kesehatan yang perlu ditangani dengan serius,” kata Prof. Tjhin.
Selain itu, perubahan pola pikir juga melibatkan pendekatan holistik terhadap kesehatan mental. Menurut dr. Riris Andono Ahmad, seorang psikolog klinis, kesehatan mental tidak hanya berkaitan dengan kondisi psikologis seseorang, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan sosial. “Kita perlu memperhatikan kesehatan mental sebagai bagian dari kesejahteraan secara keseluruhan, bukan hanya aspek psikologisnya,” ujarnya.
Dengan adanya perubahan pola pikir terhadap kesehatan mental di Indonesia, diharapkan masyarakat akan semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan mental mereka. Melalui pendekatan holistik dan menghilangkan stigma, diharapkan angka gangguan mental di Indonesia dapat terus menurun dan kesejahteraan masyarakat meningkat.
Sumber:
1. Kementerian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar 2018.
2. Wawancara dengan dr. Cut Mini Theo, psikiater.
3. Wawancara dengan Prof. Dr. Tjhin Wiguna, pakar kesehatan mental.
4. Wawancara dengan dr. Riris Andono Ahmad, psikolog klinis.